Terapi manual


Terapi manual atau disebut juga terapi manipulatif adalah keterampilan khusus yang dimiliki oleh seorang fisioterapis atau terapis fisik untuk penatalaksanaan masalah neuromuskuloskeletal dengan menggunakan pendekatan teknik manual (menggunakan tangan) dan latihan terapi yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan jangkauan sendi, perkembangan perbaikan jaringan, dan meningkatkan ekstensibilitas, stabilitas, dan fungsi otot serta sendi.[1][2] Terapi manual ini didasari oleh bukti klinis dan saintifik serta dibatasi oleh faktor biopsikososial dari tiap individu pasien.[3][4]

Terapi manual telah disebutkan di dalam naskah medis Huangdi Neijing pada zaman Kaisar Tiongkok Huang Di 2598 SM, di dalam papirus Edwin Smith Mesir Kuno 4000 tahun yang lalu, di dalam pahatan Thailand kuno, naskah medis Yunani dan India kuno hingga di dalam naskah medis Hippokrates.

Efek yang ditimbulkan oleh terapi manual adalah mengurangi rasa nyeri dengan cara mengubah konsentrasi mediator inflamasi, peningkatan kadar serotonin dan endorfin yang berperan di dalam penurunan ambang batas rasa nyeri, menghasilkan hipoalgesia melalui eksitasi sistem saraf simpatis, penurunan denyut jantung dan tekanan darah sebagai respons atas berkurangnya stres, memberikan efek imitatif cannabis yang timbul dari peningkatan kadar kanabinoid endogen, dan memiliki efek desensitisasi dengan cara mengambil alih memori nyeri dan menggantikannya dengan memori baru.

Tiga unsur yang terdapat dalam terapi manual adalah unsur fisiologis, psikologis, dan biomekanikal.

Ada banyak teknik dasar di dalam terapi manual, di antaranya adalah pemijatan dan mobilisasi jaringan lunak, stabilisasi sendi, manipulasi sendi, traksi manual, teknik energi otot atau muscle energy techniques (MET), teknik dorongan dengan kecepatan tinggi amplitudo rendah atau high velocity low amplitude (HVLA), dan drainase kelenjar getah bening atau manual lymph drainage (MLD).

Beberapa ahli terapis fisik membuat metode pendekatan terapi manual yang dipakai hingga saat ini. Metode tersebut antara lain metode Kaltenborn-Evjenth, metode Maitland (Australia), metode Paris, metode Mulligan, metode mobilisasi saraf oleh Robert Elvey, David Butler serta Michael Shacklock, dan metode McKenzie. Brian McKenzie juga mengembangkan sistem klasifikasi terapi manual untuk nyeri leher dan nyeri punggung bawah.

Indikasi terapi manual adalah nyeri leher akut atau kronis, nyeri punggung akut atau kronis, sakit kepala, kelainan sendi temporomandibula, nyeri panggul, nyeri lutut, nyeri pergelangan kaki, nyeri bahu, dan fibromialgia. Kontraindikasi terapi manual adalah fraktur, ketidakstabilan sendi, artritis akibat infeksi, tumor, ankilosing spondilitis, kelainan inflamasi akut, penyakit saraf dengan kemungkinan kompresi saraf tulang belakang, mielopati akibat sindrom kauda ekuina, osteoporosis, spondilolisis dengan spondilolistesis, stenosis spina, adanya destruksi akibat metastasis pada daerah yang bermasalah, dan saat tidak tersedia diagnosis yang jelas tentang kelainan sendi yang diderita.

Meskipun terapi manual digunakan secara luas di seluruh dunia dan terbukti mengurangi keluhan penderita, terdapat perdebatan di antara praktisi kesehatan tentang efikasi terapi ini. Beberapa praktisi meyakini perbaikan kondisi penderita timbul dari efek plasebo akibat kemampuan persuasi yang diberikan oleh terapis fisik.

  1. ^ Sebastian, Deepak 2005, hlm. 3.
  2. ^ "Manual Therapy". Physiopedia. Diakses tanggal 1 Februari 2022. 
  3. ^ Filho, Mario Bernardo 2020, hlm. 277.
  4. ^ Dziedzic, Krysia 2010, hlm. 118.

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search